Tuesday, August 21, 2012

To Sweet to Forget


Hatchiiii…hatciiiiii…..hshshsshs…sluurpp…
Hatchciiiiii…hatchiiiiii……..sluuurpp…
Asiiin….

Beginilah kalau lagi bergelut dengan debu. Hidung ini meskipun lubangnya kecil saking peseknya, tetap saja alergi dengan debu.
Ceritanya hari ini lagi beres-beres kamar, menata yang semrawut mumpung lagi ada waktu luang disela-sela rutinitas show nyanyi, pemotretan untuk sampul majalah, ngisi materi diklat, penelitian, golf, balapan mobil, mancing, hunting foto, undangan pesta, arisan dan seabrek kegiatan  lainnya.
Pas lagi asik2nya bongkar pasang, ehh…ketemu 4 lembar kertas berisi tulisan cakar ayam. Saking ruwetnya sampe lupa kalo itu tulisan tangan sendiri, dan nyaris tak terbaca lagi.

Pada salah satu lembar kertas, di pojok atasnya tertulis “2 April 2011”, kemudian pada isi tulisannya selalu terdapat tulisan “sesi …” setiap lompat paragraf, dan setiap paragraf sering muncul kode “Q” dan “A…” yang kemudian saya tahu itu maksudnya inisial untuk “Question” dan “Answer”. Otak ini gak lemot-lemot amat dan dengan cepat sadar kalo kertas2 itu berisi catatan2 saat menyaksikan debat kandidat calon gubernur Sulawesi Tengah pada salah satu stasiun tv swasta nasional.

Ooo Mangge.., ooo ina….
Saya jadi ingat lebih setahun yang lalu saat pemilihan gubernur sulteng, terus terang saja waktu itu saya milih Rendi Lamadjido utk  jadi gubernur. Tidak ada hubungan famili dengan Rendi, ketemu juga belum pernah, pertama kali liat sosoknya saat debat kandidat itu saja, di tv pula. Saya tertarik dengan programnya untuk “membangun infrastruktur di pedesaan”. Menurut saya tawaran program itu masih lebih baik dan rasional daripada program-program yang ditawarkan kandidat lain. Sayangnya beliau tidak terpilih. Kalopun terpilih, entahlah…sebab banyak dijumpai di negeri Indonesia ini, janji calon tidak sesuai dengan kenyataan saat berkuasa.

Waktu itu, lebih setahun yang lalu para pasangan calon pemimpin di Sulawesi Tengah ini kelihatan begitu bersemangat meyakinkan masyarakat bahwa merekalah yang paling pantas memimpin daerah ini. Dan akhirnya….pasangan Longki Djanggola dan Sudarto lah yang paling banyak dipilih oleh masyarakat.

Apa yang mereka janjikan sehingga mereka bisa menang?
Adakah sudah terbukti janji-janji itu setelah setahun berlalu?

Pada saat diberi kesempatan untuk menyampaikan visi misi-nya, Pak Longki-Sudarto bertekad untuk mengembangkan Agro Industri, meningkatkan SDM, mereformasi birokrasi, menjalankan prinsip ekonomi kerakyatan, dan melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan.

Pengembangan agro industri…….
Secara sederhana pengembangan agro industri diartikan sebagai pengembangan industri yang menggunakan bahan baku pokok dari hasil pertanian. Misi ini sangat baik merangsang pelaku ekonomi sektor pertanian untuk berproduksi lebih maksimal karena tersedianya kepastian pasar yang dekat bagi produk-produk mereka. Dilihat dari sisi strategi kampanye juga sudah tepat karena lapangan kerja utama masyarakat di provinsi ini ada pada sektor pertanian (48,91%). Apa yang terjadi setelah setahun berlalu? Adakah ini cuma strategi kampanye semata?

Sepertinya tidak ada peningkatan yang signifikan atas capaian misi ini. Lihat saja data pertumbuhan ekonomi dari sisi produksi. Dalam setahun terakhir, pertumbuhan ekonomi sektor pertanian (5,34%), paling rendah diantara sektor-sektor lainnya. Bandingkan dengan sektor pertambangan/penggalian dan sektor konstruksi yang masing-masing tumbuh sebesar 34,25% dan 24,59%. Seharusnya saat kondisi agro industri ini sedang tumbuh-tumbuhnya, sektor pertanian juga tumbuh pesat karena outputnya digunakan untuk bahan produksi.

Ardin (2010), menggunakan tabel dasar Input-Output Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2005 untuk menemukan Angka Pengganda Output, Angka Pengganda Pendapatan, Angka Pengganda Tenaga Kerja, serta Indeks Keterkaitan Ke Belakang, dan Indeks Keterkaitan Ke Depan, dari seluruh sektor yang ada si provinsi ini. Hasilnya…, untuk sektor Industri Pengolahan Makanan yang merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan agro industri selalu berada dalam urutan 3 (tiga) besar bahkan untuk indikator Angka Pengganda Pendapatan, sektor ini menempati urutan teratas. Artinya memang sudah seharusnya pemerintah daerah ini fokus pada pengembangan agro industri.

Lalu mengapa data yang ada tidak menunjukkan adanya perkembangan di sektor yang menjadi misi utama saat kampanye ini?
Mungkin saja tidak ada program yang terarah untuk mengawal percepatan tercapainya misi ini. Kita tidak pernah mendengar adanya road map yang jelas dari pemerintah daerah untuk meningkatkan investasi agro industri. Regulasi dan kebijakan yang dibuat  “mungkin” belum mendukung upaya alokasi faktor produksi yang efisien, pemberian insentif  bagi investasi, pengaturan permodalan, dan kepastian hukum.
Banyak hasil pertanian yang diolah diluar wilayah ini, atau kalau pun tidak, hasil pertanian tersebut langsung dijual ke konsumen pengguna tanpa pengolahan lebih lanjut yang bisa memberi nilai tambah baru.

Meningkatkan SDM…
Paling mudah sebenarnya dengan melihat pada data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur 3(tiga) dimensi dasar pembangunan manusia yaitu kualitas kesehatan, pendidikan, dan PDB per kapita. Namun karena data terupdate tentang IPM ini hanya tersedia pada tahun 2010 maka data ini belum dapat digunakan untuk mengukur kinerja pemerintah yang sekarang. Berdasarkan data tahun 2010, IPM di Sulawesi Tengah sebesar 71,14; masih berada di bawah rata-rata IPM nasional dan berada pada peringkat 22 dari 33 provinsi.

Coba kita lihat saja keseriusan pemerintah provinsi dalam peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan melalui alokasi dana APBD pada kedua bidang ini.
Jika pada tahun 2010 alokasi APBD untuk fungsi pendidikan porsinya 7,5% dari APBD, eehhh alih-alih meningkatkan SDM kok porsinya tidak ditambah malah dikurangi menjadi 7,46%. Jauh banget dari amanat konstitusi yaitu 20%. Belum diperoleh data untuk tahun 2012, tapi kayaknya amanat konstitusi belum terpenuhi.
Porsi anggaran untuk fungsi kesehatan saja yang meningkat dari 10% (2010) menjadi 11,6% (2011).

Reformasi Birokrasi…
Untuk yang satu ini kita lihat saja dari porsi APBD untuk membiayai belanja pegawai baik langsung maupun tidak langsung. Asumsinya reformasi birokrasi membuat biaya birokrasi jadi lebih murah karena adanya efisiensi. Selama 3 (tiga) tahun terakhir terjadi penurunan porsi anggaran untuk belanja pegawai yaitu dari 34,4% (2010) menjadi 33,7% (2011); dan terakhir menjadi 25% (2012). Good !!!

Bagaimana dengan misi, Ekonomi Kerakyatan….? Pembangunan Berkelanjutan…? Adoh…nanti jo dilanjut, so mo berangkat nonton bola ini

Yang jelas, Pak Longki dan pendukungnya, bukan mo maksud kase panas2 talinga ini. Sekarang Pak Longki sdh jadi Gubernur, so tantu kita semua harus dukung walaupun dulu pas pemilihan kita tdk pilih. Bukannya dulu pas waktu debat komiu bilang siap kalah dan mendukung siapa saja yang terpilih.
Selamat bekerja pak…sukses dan sehat selalu…

Sumber data diperoleh dari:
  1. www.sulteng.bps.go.id (diakses tanggal 10 Juni 2012);
  2. www.djpk.depkeu.go.id (diakses tanggal 10 Juni 2012);
  3. Bank Indonesia, 2012, Kajian Ekonomi Regional Prov. Sulawesi Tengah Triwulan I-

No comments:

Post a Comment