Tuesday, August 21, 2012

Musik dan Olah Raga

Peringatan awal bagi siapa saja yang ingin membaca tuntas tulisan ini adalah bahwa tulisan ini sangat acak-acakan. Alurnya naik-turun loncat sana-sini, kadang nyeleneh kadang serius, kadang lebay kadang sangat lebay, kadang kanan kadang kiri, awal jadi akhir, akhir bisa di awal, suka atau duka tidak jelas maunya, terang-gelap, siang-malam, surga-neraka seperti dua sisi uang logam yang hanya bisa diliat satu-satu, tidak bisa bersamaan. Haiyahh...opo hubungane coba?

Dipaksakan? Iya begitulah kira-kira...karena yang nulis sdh lama tdk curhat lewat tulisan dan saat ini sok-sokan merasa seperti dikejar deadline padahal esok hari masih panjang. Jangan percaya 100% pada tulisan ini karena sumber referensinya hanya memori2 serta kenangan pahit dan indah masa lalu penulisnya saja, klopun ada sumber lain itu berasal dari cerita kawan2nya yang masih sempat diingatnya.Tapi ingat kawan2...kebenaran biasanya berawal dari kemustahilan. Sumber referensi yang paling agak ilmiah diperoleh dari mesin pencari "search engine" yang tersedia gratis di dunia maya.

Lalu kapan/dimana sebenarnya tulisan ini benar2 dimulai? Sabar dululah...pikir2 saja dulu untuk melanjutkan membacanya, bisa jadi hanya buang2 waktu saja. Tapi bukankah sekarang (bulan Ramadhan) lagi ngetrend istilah 'ngabuburit' yang artinya kurang lebih menghabiskan (buang-buang) waktu sampai tiba waktu buka puasa. Kalau kebanyakan orang ngabuburit dengan jalan-jalan, kelebihan membaca adalah diam di tempat saja.

Tulisan ini dibuat bukan dalam rangka 'ngabuburit' tapi 'ngabuhalu'. Ngabuhalu adalah istilah yang baru saja ditemukan untuk menunggu saat sahur. Kok bisa? Pakailah ilmu kapal. Jangan pakai ilmu padi, karena padi dan kapal sangatlah beda. Padi di darat, kapal di laut.

Pemirsa..pe..pe..pe..pemirsa!! Eaa..eaa..eaa..eaa..eaa *tukularwana mode on.

Pada salah satu stasiun tv swasta (sebut saja SCTV), beberapa waktu lalu saya menyaksikan episode terakhir acara musik 'Harmoni'. Spektakuler, fantastik, bombastik, gileee. Saya termasuk salah satu penyuka acara musik ini yg disiarkan setiap bulannya. Intinya, musisi Indonesia hebat2, kualitas musik Indonesia pantas dibanggakan. Bukan saja di 'Harmoni', tapi pada beberapa acara musik lainnya terlihat bahwa kualitas musik Indonesia relatif sangat baik dibandingkan dengan kualitas lapangan profesi2 lainnya di Indonesia. Sampai-sampai seorang RI-1 pun tergoda untuk berkarya di dunia musik walaupun menurut saya kualitas karyanya sampai saat ini sangat biasa2 saja. Maaf ya Pak, saya hanya berusaha jujur.

Menurut saya dari sedikit yg bisa dibanggakan untuk saat ini salah satunya adalah kualitas musik dari anak negeri. Kata teman yg pernah cukup lama tinggal di Malaysia, dari sepuluh tangga lagu ter-hits di Malaysia, biasanya tujuh diantaranya adalah lagu2 karya musisi Indonesia. Betul...betul..betulll ? Fabulous...fabulous !!! Pokoknya percaya saja deh...musik Indonesia itu relatif lebih baik dari negara2 tetangganya.

Jika dibandingkan dengan prestasi olah raga negeri ini, prestasi musiknya pun juga masih lebih baik. Kenapa? Padahal tidak ada menteri musik sementara menteri olah raga ada.  Dalam dunia musik ditanah air, pemain utama yang dominan hanya ada dua yaitu pemusik dan penikmat musik yaitu masyarakat umum. Dalam dunia olahraga, tambah satu pemain lagi yang cukup berperan yaitu pemerintah sebagai orang ketiga. Dalam kosa kata ilmu berpacaran atau berumah tangga, orang ketiga ini sering dimaknai negatif. Tentu tidak demikian dalam dunia olah raga, orang ketiga (pemerintah) diharapkan berperan positif dalam meningkatkan prestasi olah raga tanah air. Tetapi sepertinya kenyataan berbeda dengan harapan, seiring semakin meningkatnya peran orang ketiga yang terindikasi dari semakin meningkatnya anggaran negara untuk olah raga tiap tahunnya, prestasi atlet2 Indonesia semakin terpuruk.

Coba sebutkan daerah mana saja di negeri ini yang pengurus KONI atau cabang2 olahraga di daerah yang tidak dijabat rangkap oleh pejabat publik daerahnya? Ada beberapa yg dijabat oleh kepala daerah, sebagian oleh kepala dinas, rektor PTN, dan pejabat publik lainnya. Bukan apa2...ngurusi kerjaan utamanya aja dah repot, eh ditambah lagi kerjaan tambahan ngurusi atlet. Alhasil ngurusin olah raga jadi kerja sampingan. Emang sih ada istilah jabatan ketua pelaksana harian yang bisa lebih fokus, tapi ya gitu deh.

Everything happen for a reason (kembali ke lap...top).

Sebagai mantan atlet sepak bola yang disegani di kampung, saya merasa ikut bertanggungjawab memajukan sepak bola tanah air. So sweet...

Ketika World Cup 2010 telah berakhir, nilai gaji dan kontrak beberapa pemain internasional tersebut mengalami peningkatan. Nilai gaji pemain-pemain tersebut sangatlah besar jika dibandingkan dengan beberapa profesi lainnya. Seorang pemain sepakbola terbaik di dunia akan sangat berbeda jauh penghasilannya dengan seorang tukang masak (koki) terbaik di dunia sekalipun apalagi dengan tukang batu terbaik di dunia. Yaelah...jelaslah itu, tapi apa yang membedakannya? Sama-sama terbaik di dunia dalam profesinya masing-masing tetapi penghasilannya jauh berbeda.

Keahlian seorang pemain kelas dunia seperti Forlan, Messi, Ronaldo, dll ditonton dan dinikmati oleh ratusan juta orang di dunia. Sementara keahlian dari seorang tukang masak dan tukang batu terbaik di dunia hanya dinikmati oleh orang-orang yang mempekerjakannya saja. Itulah yang membedakan jumlah penghasilan yang diterima oleh profesi-profesi tersebut. Messi dkk menerima imbalan yang sangat besar karena telah menghibur orang dalam jumlah yang sangat besar, sementara si tukang batu terbaik yang menikmati karyanya hanya beberapa orang saja. Secara tidak langsung, saya dan kebanyakan penikmat tontonan sepak bola di Indonesia turut menentukan besarnya jumlah penghasilan yang diterima si Messi dkk.

Agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia, hiburan yang disajikan oleh Messi dkk itu dikemas oleh suatu media informasi seperti televisi menjadi sebuah tontonan. Tidak saja pada saat mereka beraksi di lapangan, tetapi juga sepak terjang dan segala aktivitasnya di luar lapangan. Bukan hanya televisi, tetapi media informasi lainnya seperti koran, majalah, intenet dll, turut andil menyampaikan hiburan dan berita seputar olah raga tersebut.

Lalu apa hubungannya dengan upaya memajukan sepak bola tanah air? Sedikit cerita di atas ingin memberi penegasan bahwa media informasi dan hiburan terutama televisi memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan kualitas olah raga khususnya sepak bola di tanah air.

Di banyak negara yang sepakbolanya sudah maju, pemain sepakbolanya laksana selebritis (artis). Segala aktivitasnya baik di lapangan dan di luar lapangan selalu menjadi perhatian media layaknya artis-artis terkenalnya. Itulah sebabnya antara penghasilan artis dan atlet di luar negeri tidaklah berbeda jauh.

Di tanah air kita, belumlah demikian. Tayangan seputar olah raga beserta atletnya belumlah sebanyak tayangan seputar musik dan sinetron. Itulah mengapa industri musik kita lebih cukup maju dan berkualitas dibanding industri olah raga. Pekerja musik Indonesia mampu bersaing dengan pekerja musik negara maju (ehh bener gak sie? Setau gue gitu sie). Event-event musik berkelas internasional seperti Java Jazz Festival mampu diselenggarakan oleh anak negeri. Tidak sedikit pula musisi kita yang memperoleh penghargaan internasional.

Memang dalam dunia informasi, apa yang menonjol dan menarik itulah yang banyak ditayangkan. Seperti dunia musik dan hiburan tanah air yang lebih banyak berprestasi, maka porsinya pun lebih banyak ditayangkan. Namun sebaliknya, prestasi juga bisa ditingkatkan melalui peran media informasi.

Kayaknya dah makin kacau neh tulisan...stop dulu aja. Sudah.
Sahuuuurrrr...sahuuuuurrr....!!!

No comments:

Post a Comment