Monday, September 14, 2009

Ngutang aja deh...klo gak mampu


Seperti biasanya, malam ini hanya ditemani laptop, modemku yg lelet, rokok dan kopi. Supaya agak sedikit rame dan hidup suasananya…laptopku kusuruh bernyanyi…maka melantunlah….”Bring it on home to me”.
If you ever change your mind….About leaving …leaving me behind….
Oh..oh..bring it to me…bring your sweet lovin…bring it on home to me…oh yeah..oh yeah..oh yeah

Di sini Medan Bung !!!, ini kota besar ….dan di sini listriknya juga byar…pet. Teringat lagi dengan kota kecilku…Palu, di sana lebih parah lagi. Tidak besar maupun kecil, sama saja, byar…pet. Beberapa komentar teman2 di situs jejaring sosial pun biasanya mengeluhkan kondisi ini. Semua orang mengeluh, rakyat mengeluh, pemerintah pun mengeluh, saling tuding dan saling menyalahkan. Biasanya yang jadi sasaran caci maki adalah PLN, kadang2 pula masyarakat mencaci Pemda-nya, bahkan antara Pemda dan PLN pun sering terlihat saling tuding di media2 massa.

Lantas siapa sebenarnya yg harus bertanggung jawab?

Hari ini tanggal 14 September 2009, enam hari menjelang hari raya (Idul Fitri), toko2-mall2-dan pusat2 perbelanjaan lainnya sudah mulai ramai dikunjungi masyarakat. Pakaian dan makanan adalah barang yg paling banyak diburu untuk dibeli, ada juga yg memburu pernak-pernik yg dibutuhkan untuk mempercantik ruang tamu, termasuk perabotannya. Padahal, sebenarnya tanpa mengkonsumsi barang2 itupun kita juga masih bisa merayakan Idul Fitri tanpa mengurangi sedikitpun kualitas perayaannya secara hakiki. Artinya, masyarakat memegang duit yang banyak. Uang yang dibelanjakan oleh masyarakat pada saat2 ini lumayan besar, buktinya hampir setiap menjelang perayaan hari2 besar agama, dapat dipastikan inflasi meningkat.

Sementara itu, pemerintah daerah, terutama di daerah2 yang pendapatan pemerintahnya minim, selalu merasa kebingungan untuk membangun infrastruktur bagi rakyatnya. Biasanya alasannya klasik, “pembangunan yg kita laksanakan haruslah bertahap karena sumber dana untuk pembiayaannya terbatas”. Masalah dana rupanya. Uang itu gak hanya datang dari PAD, gak hanya datang dari sumber2 alam yg kita eksploitasi habis2an yg akhirnya merusak kualitas lingkungan, bukan hanya dari pajak/retribusi, DAU, DAK, dan lain2 yg sudah lumrah2 itu. Uang bisa datang dari kreativitas berpikir. Uang sebenarnya banyak tersedia dan beredar di masyarakat luas. Bukan dari masyarakat miskin lho…tapi dari masyarakat menengah ke atas (the have) yang biasanya di simpan di bank2 yang penakut (takut memberikan kredit terutama ke proyek2 sektor publik yg dikerjakan oleh pemerintah daerah). Daripada disimpan dan didiamkan di Bank2 penakut seperti itu, kan lebih baik digunakan untuk membangun infrastruktur di daerah. Ya…pemerintah daerah harus berani berhutang kepada masyarakat luas. Caranya dengan menerbitkan semacam Surat Utang atau mungkin klo tidak salah nama kerennya Obligasi. Pemerintah Amerika saja membiayai pembangunannya dari hutang kepada rakyatnya kok, sumpeh…asli gak boong.

Jangan malu dan trauma dengan berhutang lah. Asalkan niat dan tujuannya baik, untuk kesejahteraan bersama. Klo niatnya sudah baik, selalu ada motivasi untuk mengelola dan memperkuat institusinya. Hutang adalah masalah kepercayaan, so tunjukkan attitude dan niat baik, tunjukkan institusi yg baik, dan jangan lupa tunjukkan bunga yang merangsang tapi wajar.

Undang2 tentang pengelolaan keuangan negara di era otonomi daerah saat ini memperbolehkan kok bagi pemda2 utk ngutang dengan menerbitkan obligasi. Bahkan investor asing pun boleh membeli obligasi yg diterbitkan pemda. Tentu saja dalam penerbitan obligasi ini, syarat dan ketentuan tetap berlaku, hehe. Makanya pelajari baik2 dulu deh peraturannya.

Menurut saya ada beberapa alasan mengapa harus ngutang. Mengapa ngutang?

Pertama, untuk mencegah pajak yg terlalu tinggi dan pajak yg mengada-ada. Jika tidak ada sumber pendanaan alternatif lainnya selain pajak dan retribusi atau hal2 yg lumrah2 itu, pemerintah daerah harus menggenjot pendapatannya melalui pajak dan retribusi ini. Maka dibuat-buatlah macam2 pajak, setiap aktivitas masyarakat untuk berproduksi bahkan konsumsi dikenakan pajak. Mau buka usaha warung kena pajak tinggi, mau nikah kena pajak, merokok kena pajak, ngopi kena pajak, dengerin musik kena pajak, pokoke iso2ne lah sing penting target pendapatan daerah terpenuhi. Maaf lebay….tapi maaf juga pajak yg tinggi dan bermacam2 itu sangat mengganggu insentif bagi masyarakat untuk berproduksi. Ini tidak efisien bagi perekonomian. Boleh sie, tapi jangan terlalu tinggi dan mengada-ada. Coba deh perhatikan jenis2 pajak dan retribusi di tiap2 pemda, pasti ketemu yang aneh2.

Kedua, mencegah eksploitasi lingkungan secara berlebihan. Kasian kan klo hutan, sungai, laut kita harus di eksploitasi habis2an untuk mengejar target penerimaan daerah. Ketahuilah bahwa alam ini bukan warisan dari leluhur kita, tetapi titipan dari anak cucu kita. Alam Indonesia yang indah bisa dimanfaatkan untuk jasa pariwisata yang berbudi (maksudnya pariwisata yg tdk merusak) yg justru klo dieksploitasi habis2an malah merugikan bangsa kita sendiri.

Ketiga, dengan berhutang berarti kita memindahkan sebagian biaya kepada generasi selanjutnya. Ini yg biasanya disalahtafsirkan bahwa kita tidak boleh mewarisi generasi berikutnya dengan hutang. Ini adil kok, kan generasi selanjutnya juga menikmati hasil pembangunan dari ngutang. Generasi selanjutnya juga mewarisi lingkungan yang masih terjaga akibat adanya hutang. Generasi selanjutnya yg sekarang masih sekolah bisa belajar dengan tenang karena listrik gak mati.
Keempat, sudah ah…pusing nyari alasan apa lagi.

Gak masalah kok klo kita ngutang kepada masyarakat luas, selama pengelolaannya dilakukan secara baik dan profesional (Good Governance is a must). Klo memang pemerintah daerah punya modal sendiri…ya ngapain harus ngutang. Masalahnya duitnya sekarang kagak cukup……….udah gitu yg gak cukup dikorupsi lagi….

Klo harus menunggu PAD, DAU, DAK, kapan bisa bergerak maju dengan cepat brur…masyarakat sudah mencaci maki tuh. Dengan modal hutang ye bisa bangun Pembangkit listrik, Jalan, Irigasi, Sekolah2, dll.

You know I laughed when you left
But now I know I only hurt myself
Oh..oh…bing it to me….bring your sweet lovin..
Bring it on home to me….uh yeah..uh yeah…uh yeah..
Uh yeah..uh yeah…uh yeah…….
(singing mode on)

No comments:

Post a Comment